Dipublika.id – Di perairan yang seharusnya menjadi sumber kehidupan, bom-bom ikan terus meledak, menghancurkan terumbu karang dan mengancam ekosistem laut.
Dari Pantai Tanjung Buaya hingga perairan di Sidupa dan Inomunga Utara, Kabupaten Bolaang Mongondow Utara (Bolmut), nelayan hidup dalam ketakutan, tak hanya karena kerusakan alam yang kian parah, tetapi juga karena ancaman dari para pelaku bom ikan yang kerap membawa senjata tajam.
Di tengah kehancuran ini, nelayan menuntut tindakan dari pemerintah dan aparat penegak hukum yang dianggap bungkam.
Frustrasi Nelayan Tanjung Buaya
Di Tanjung Buaya, kemarahan para nelayan kian memuncak. Mereka telah berkali-kali melaporkan kasus bom ikan ke pihak berwajib, namun tak ada tindakan nyata yang diambil.
Sementara itu, laut yang menjadi sumber kehidupan mereka terus dirusak oleh pelaku-pelaku yang tak tersentuh hukum.
“Iyo so dengan taun ini aktivitas akhirnya ikan so siksa mo dapa (Iya sudah bertahun-tahun mereka beraktivitas dan akhirnya susah mendapatkan ikan),” keluh seorang nelayan setempat.
Nelayan lain menambahkan bahwa jika masalah ini tidak segera ditangani, kehidupan mereka akan semakin sulit.
“Kalau mo kase biar ini so pasti torang siksa mancari kedepan (Jika dibiarkan sudah pasti kita kesusahan),” ujarnya.
Para nelayan juga mempertanyakan mengapa hingga saat ini belum ada langkah tegas dari aparat kepolisian.
“Setahu saya so lapor cuman nintau kinapa ini bom ikan masih ada. Torang butuh tindakan tegas (Setahu saya sudah dilaporkan tapi entah kenapa bom ikan masih ada. Kami butuh tindakan tegas),” terangnya.
Ketakutan di Sidupa dan Inomunga Utara
Sementara itu, dilansir dari suarasulut.com, di Sidupa dan Inomunga Utara, ancaman yang dihadapi nelayan tidak hanya berasal dari bom ikan, tetapi juga dari para pelaku yang bertindak kasar dan intimidatif.
Para pelaku kerap kali membawa parang dan mengancam siapa pun yang mencoba melarang aktivitas mereka.
“Kami tahu itu merusak lingkungan laut dan mengancam kehidupan kami sendiri sebagai nelayan. Tapi, siapa yang berani melawan kalau mereka bawa parang dan mengancam kami?” ucap seorang warga Inomunga Utara yang tidak ingin disebutkan namanya.
Ancaman kekerasan ini membuat warga takut melaporkan aktivitas ilegal tersebut, meskipun mereka tahu bahwa bom ikan menghancurkan ekosistem laut yang menjadi sumber utama penghidupan mereka.
“Kami ingin pihak kepolisian dan pemerintah daerah segera turun tangan. Kalau dibiarkan terus, ekosistem laut kita bisa hancur dan akan sulit mencari ikan di masa depan,” tambahnya.
Laut yang Hancur, Kehidupan yang Terancam
Kerusakan yang ditimbulkan oleh bom ikan tidak hanya menghancurkan terumbu karang, tetapi juga merusak populasi ikan dan ekosistem laut secara keseluruhan.
Terumbu karang yang hancur membutuhkan waktu puluhan tahun untuk pulih, dan dampaknya terhadap kehidupan nelayan sangatlah besar.
Mereka harus berlayar lebih jauh untuk mendapatkan hasil tangkapan yang semakin sedikit.
Para nelayan berharap pemerintah daerah dan kepolisian segera mengambil tindakan tegas untuk menghentikan aktivitas bom ikan ini.
Mereka juga meminta adanya patroli yang lebih intensif di wilayah perairan Bolmut serta sistem pelaporan yang aman bagi masyarakat yang ingin melaporkan aktivitas ilegal tanpa takut ancaman dari pelaku.
Namun, hingga saat ini, tindakan nyata dari pihak berwenang masih belum terlihat. Waktu terus berjalan, dan dengan setiap ledakan bom, laut yang menjadi sumber kehidupan masyarakat Bolmut semakin mendekati kehancuran.