Dipublika.id – Sudah 12 hari berlalu sejak pengepungan total Israel di wilayah utara Jalur Gaza dimulai, dan kini ratusan ribu warga Palestina terjebak dalam krisis kemanusiaan yang mengerikan.
Sebanyak 400.000 penduduk Gaza utara terancam kelaparan karena larangan hampir total terhadap bantuan pangan dan kebutuhan pokok yang diberlakukan oleh Israel.
Dilansir dari Kompas.com, dilaporkan oleh NPR, Israel tidak mengizinkan masuknya bantuan ke wilayah tersebut sejak dua pekan lalu, memperburuk kondisi penduduk yang semakin hari semakin sulit mendapatkan makanan dan bahan bakar.
Banyak pihak menuding bahwa Israel sengaja menciptakan kelaparan di wilayah ini, memanfaatkan pengepungan sebagai senjata untuk menekan warga sipil.
Pejabat-pejabat PBB memperingatkan bahwa pasokan bahan bakar dan pangan di utara Gaza mulai habis.
“Situasi di utara Gaza seperti malapetaka di antara serangkaian malapetaka. Tidak ada tempat aman di Gaza,” ungkap Jonathan Fowler, juru bicara UNRWA, pada Selasa (15/10).
Krisis kemanusiaan ini diperparah dengan tindakan militer Israel yang dilaporkan mencegah masyarakat Gaza utara mendapatkan akses terhadap makanan. Jurnalis Al Jazeera di Deir Al-Balah, Hani Mahmoud, melaporkan bahwa warga yang berusaha kabur dari pengepungan ditembaki.
“Kita menyaksikan pelaparan yang disengaja terhadap seluruh penduduk. Warga dihalangi mengakses pangan, air, dan sumber daya penopang hidup. Petugas bantuan dan LSM di lapangan juga dicegah memberi bantuan apa pun kepada mereka yang terjebak di utara,” jelas Mahmoud.
Kehancuran akibat bombardir yang terus berlanjut semakin membatasi pergerakan warga.
“Penduduk dikurung dalam wilayah yang kecil, tidak bisa mengevakuasi diri,” tambah Mahmoud.
Mereka yang mencoba melarikan diri dari wilayah terkepung juga menghadapi bahaya besar. Drone Israel dilaporkan mengejar dan menembaki mereka, menciptakan ketakutan dan intimidasi di antara warga yang sudah terjebak dalam kelaparan.
Sejak agresi militer Israel dilancarkan pada Oktober 2023, wilayah utara Gaza telah luluh lantak. Meski begitu, ratusan ribu penduduk tetap memilih bertahan di kampung halaman mereka, meskipun krisis semakin memburuk.
Pada Rabu (16/10), Kementerian Kesehatan Palestina di Gaza melaporkan bahwa sejak serangan dimulai, setidaknya 42.409 orang tewas, sementara 99.153 lainnya terluka.
Jumlah korban ini diyakini masih jauh lebih tinggi dari yang tercatat secara resmi. Gaza kini terkurung dalam krisis kemanusiaan yang semakin parah, tanpa ada harapan bantuan segera.
Sumber: Kompas.com