Dipublika.id – Informasi mengenai kematian Yahya Sinwar, pemimpin tertinggi Hamas, dalam operasi militer Israel di Gaza selatan, tidak akan menghentikan perlawanan rakyat Palestina.
Menurut laporan yang dikutip oleh dipublika.id dari VOA Indonesia, para pengungsi Gaza di Khan Younis meyakini bahwa kehilangan pemimpin penting seperti Sinwar justru akan memperkuat tekad mereka dalam memperjuangkan hak-hak yang telah lama mereka tuntut, termasuk hak untuk menentukan nasib sendiri.
Thabet Amour, salah satu pengungsi di Khan Younis, menyatakan bahwa kematian Sinwar tidak akan menghasilkan gencatan senjata.
“Mungkin ini memang akan meningkatkan pengaruh politik Netanyahu, tapi ini tidak akan menghentikan rakyat Palestina untuk melanjutkan perlawanan mereka sampai hak mereka untuk menentukan nasib sendiri terwujud,” ujarnya.
Amour juga menekankan bahwa kematian pemimpin tidak selalu menghentikan peperangan.
“Saya rasa ini tidak akan memengaruhi gencatan senjata, dan itu terbukti, karena (pemimpin Hizbullah) Hassan Nasrallah saja tewas dibunuh pada awal perang di Lebanon, tapi (sampai sekarang) perang di Lebanon masih berlangsung,” jelasnya.
Meskipun Presiden Amerika Serikat, Joe Biden, menyebut kematian Sinwar sebagai “hari yang baik bagi Israel, Amerika Serikat, dan dunia,” banyak warga Palestina yang melihatnya sebagai pengorbanan lain dalam perjuangan mereka melawan penindasan.
Sementara itu, Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu, menyatakan bahwa tewasnya Sinwar adalah langkah besar dalam memerangi Hamas.
Hamas belum mengeluarkan pernyataan resmi terkait kematian Sinwar, namun beberapa sumber internal mengonfirmasi bahwa ia gugur dalam serangan di Tal El Sultan, Gaza selatan.