Dipublika.id – Ketegangan di Semenanjung Korea terus memuncak setelah Korea Utara menuduh Korea Selatan menerbangkan drone ke wilayah Pyongyang, sebuah tindakan yang dianggap provokatif dan dapat memicu “konflik bersenjata dan bahkan perang.”
Tuduhan ini semakin meningkatkan ketegangan yang sudah berlangsung selama beberapa bulan terakhir di antara kedua negara.
Dilansir dari sejumlah media, pada Jumat, 11 Oktober, Korea Utara melalui Kementerian Luar Negeri menyatakan bahwa Korea Selatan telah mengirim pesawat nirawak yang menyebarkan selebaran propaganda di Pyongyang.
Selebaran tersebut diklaim berisi “rumor yang menghasut dan sampah,” dan dianggap sebagai ancaman serius oleh rezim Kim Jong-un. Pyongyang kemudian memerintahkan pasukan perbatasan untuk bersiap menghadapi kemungkinan konfrontasi militer.
Korea Selatan awalnya membantah tuduhan ini, tetapi Kepala Staf Gabungan Korea Selatan mengakui bahwa mereka tidak bisa memastikan atau membantah klaim tersebut. Ada spekulasi bahwa drone tersebut mungkin diterbangkan oleh aktivis independen yang berusaha menyebarkan propaganda anti-Korea Utara.
Pada Selasa, 15 Oktober, Korea Utara menghancurkan beberapa jalan yang menghubungkan kedua negara, sesuai dengan ancaman yang telah mereka lontarkan.
Negara itu juga mengumumkan bahwa 1,4 juta pemuda telah mendaftar untuk bergabung dengan militer, sebagai bentuk kesiapan menghadapi potensi konflik bersenjata dengan Korea Selatan.
Perang di Timur Tengah, Konflik yang Semakin Memburuk
Di saat yang sama, perang di Timur Tengah antara Israel dan Palestina, yang juga melibatkan Iran sebagai pendukung Palestina, terus memanas.
Konflik ini telah menimbulkan dampak luas di kawasan tersebut, dengan dukungan negara-negara besar seperti Amerika Serikat untuk Israel dan Iran untuk Palestina, menjadikan perang ini semakin kompleks dan berisiko untuk memicu eskalasi yang lebih besar.
Amerika Serikat, yang mendukung Korea Selatan dan Israel, berada di posisi yang sangat rentan jika konflik di kedua kawasan ini meningkat.
Sementara itu, Rusia dan Cina, yang memiliki hubungan baik dengan Korea Utara dan Iran, bisa saja terlibat lebih dalam jika ketegangan tidak segera diredakan.
Dengan potensi keterlibatan kekuatan-kekuatan besar ini, kekhawatiran akan meletusnya Perang Dunia ke-3 semakin nyata.
Kim Yo Jong Berikan Peringatan Keras untuk Korea Selatan
Saudari pemimpin Korea Utara Kim Jong-un, Kim Yo Jong, memberikan peringatan keras kepada Korea Selatan, menyatakan bahwa akan ada “akibat yang mengerikan” jika provokasi drone tersebut terulang.
Pernyataan ini semakin mempertegas bahwa Korea Utara tidak akan mundur dalam menghadapi ancaman dari negara tetangganya.
Sementara itu, Korea Selatan merespons dengan meningkatkan pengawasan dan keamanan di wilayah perbatasan.
Mereka juga menegaskan bahwa keselamatan warganya adalah prioritas utama, dan jika ada ancaman lebih lanjut, mereka akan siap mengambil tindakan tegas yang dapat mengancam keberlangsungan rezim Korea Utara.
Di Provinsi Gyeonggi, Korea Selatan, beberapa wilayah perbatasan telah ditetapkan sebagai “zona bahaya” untuk mencegah pengiriman selebaran lebih lanjut ke Korea Utara.
“Tindakan penyebaran selebaran adalah tindakan yang sangat berbahaya dan dapat memicu konflik militer,” kata Kim Sung-joong, wakil gubernur Provinsi Gyeonggi, dalam sebuah konferensi pers dilansir dari merdeka.com.
Dunia di Ambang Konflik Global
Saat ini, dunia menyaksikan dengan penuh kekhawatiran atas ketegangan di Semenanjung Korea dan perang di Timur Tengah.
Jika konflik di kedua kawasan strategis ini terus memburuk, dunia mungkin akan dihadapkan pada eskalasi yang lebih besar dan lebih berbahaya.